Aku bersyukur Kepada Allah. Yakni kepada sebuah nama yang telah dikenal
sejak sudah sangat lama orang bangsa-bangsa Arabia, India, Persia, Israilia, dan
bahkan Rumania. Semua sudah paham bahwa Dia adalah pengawal alam semesta. Dia
juga mengawal jiwa dan raga manusia. Dia membimbing jiwa manusia setelah
kematiannya menuju destinasi puncak. Dengan begitu, hanya kepada Allah kita
mengabdi dan meminta petunjuk ke jalan yang lurus, yakni jalannya orang-orang
yang diberikan nikmat, bukan jalannya orang-orang mengingkari nikmat dan
mengabaikan petunjuk.
Sebuah Konstalasi
E, O, U. Seperti ini
adalah sebuah tradisi menyeru orang-orang yang sedang dalam kesibukan
masing-masing di sebuah bandar. Biasanya sesiapa yang menyeru seperti itu
akan mengumunkan sebuah berita penting untuk disimak. Dan yang diseru amat
berkepentingan untuk mengetahui pengumuman tersebut sehingga akan lebih baik
baginya sejenak menjad aktivitasnya.
Ternyata kali ini yang
datang adalah sebuah berita besar, sebagaimana lama sebelumnya berita besar
pernah datang, yakni hadirnya sebuah pesan yang menjadi petunjuk bagi manusia.
Kehadiran pesan tersebut untuk menjawab permohonan umat manusia dari berbagai bangsa
untuk mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus. Pesan-pesan sebelumnya juga
merupakan petunjuk. Tetapi memiliki dua kelemahan, pertama hanya diturunkan
untuk bangsa-bangsa tertentu, dan telah banyak tereduksi. Kali ini, pesan yang
hadir benar-benar murni, tanpa keraguan di dalamnya.
Pesan kali ini bukan
untuk bangsa tertentu saja, melainkan kepada siapa saja yang jiwanya
mengharapkan petunjuk dan siapa saja yang punya konsistensi tinggi. Ketika
dikatakan, "Kepada orang-orang berkonsistensi tinggi," hadirin yang
didominasi bangsa Arabia langsung merasa terpanggil. Karena orang Arabia tahu
bahwa mereka adalah orang-orang yang konsisten. Oleh mereka dipahami bahwa
seruan itu untuk mereka. Mereka paham bahwa yang sedang diseru adalah mereka.
Karena pesan kali ini tidak dikhususkan kepada bangsa tertentu sebagaimana pesan
sebelumnya, maka bangsa Arabia sebagai masyarakat yang sangat konsisten secara
otomatis mengemban tugas untuk menyampaikan pesan terakhir itu.
Orang-orang yang
konsisten tentuk tidak hanya dari bangsa Arabia saja melainkan tipe seperti itu
ada dalam setiap bangsa dan tradisi. Mereka senantiasa sadar bahwa realitas itu
bukan hanya yang terindrai saja, melainkan pada tingkatan inteleksi, tingkatan
imajinasi, dan tingkatan spiritual. Setiap orang bisa saja meragukan persepsi
indranya. Setiap orang bisa saja keliru dalam bernalar. Setiap orang bisa tidak
konsisten dengan imajinasinya. Tetapi benar-benar yakin akan alam spiritual.
Alam tersebut memang gaib secara indrawi. Namun ia nyata. Siapa saja yang
meyakini alam spiritual yang gaib itu, dialah orang-orang yang konsisten.
Orang-orang demikian itu
senantiasa menjaga tradisi semedi, berdoa, salat dalam berbagai cara sesuai
tradisi mereka. Mereka juga adalah bukan orang-orang yang serakah. Karena
kebiasaan mereka adalah menyisihkan rejeki yang dimiliki untuk diberikan kepada
orang lain yang membutuhkan. Mereka yang konsisten dengan amal kebaikan itu, di
mana pun mereka, dari bangsa mana pun asalnya, adalah orang-orang yang
senantiasa diberi petunjuk oleh Allah. Mereka selalu dilindungi Allah karena
mereka adalah orang-orang yang siap untuk menerima, mengempurnakan dirinya, dan
melanjutkan pesan dari pesan terakhir.
Sementara orang-orang
yang tidak mempertahankan tradisi kebaikan, tidak merawat keimanannya dan
meninggalkan ibadahnya, bagi mereka itu sama-saja: apakah pesan terakhir itu
sampai maupun tidak kepada mereka. Siapa saja yang tidak merawat tradisi
sebelumnya, maka mereka tidak akan mampu memahami pesan terakhir. Ada juga
sebagian orang yang mengaku terus merawat tradisi sebelumnya dengan keimanan
dan pengamalan, namun sebenarnya tidak. Mereka telah meninggalkan tradisi
sebelumnya, meninggalkan keyakinan bahwa alam spiritual yang baib itu nyata.
Sebenarnya mereka tidak percaya dan tidak tahu menahu tentang itu. Namun mereka berusaha
menutupi ketidaktahuan itu. Sebenarnya yang mereka tipu hanya diri mereka
sendiri. Karena mereka mengaku meyakini dan mengetahui, hal-hal yang mereka
sama sekali tidak ketahui.
Pada setiap bangsa terdapat
orang-orang yang tidak meyakini alam spiritual, tidak mempercayai
perjalanan jiwa setelah kematian, dan tidak percaya bahwa dalam spiritualitas
itu petunjuk Allah. Mereka menganggap itu semua hanyalah ilusi. Dikira itu
adalah kebohongan yang telah berlaku secara turun-temurun. Mereka adalah
orang-orang yang menukar petunjuk dengan kesesatan. Mereka mengklaim bahwa alam
yang nyata hanya apa-apa yang mereka indrai saja. Terkadang orang-orang
demikian mengaku percaya kepada alam spiritual di hadapan orang-orang yang
mempercayainya, dihadapan orang-orang yang senantiasa berada dalam petunjuk.
Namun sebenarnya orang-orang yang ingkar itu tidak meyakininya. Mereka adalah
orang-orang yang terganggu fakultas spiritualnya.
Reviewed by Miswari
on
12.37
Rating:

Tidak ada komentar: