Kakek Banta Raden adalah ayahnya ibuku. Konon, beliau menjadi kaya karena sempat bermitra dengan sebuah lembaga keuangan. Banta Raden pernah menjadi most famous man di Matangglumpangdua dan Bireuen. Pengusaha besar. Toke.
Kakek punya beberapa rumah toko di Matangglumpangdua, punya banyak mobil, punya rumah besar di Tanjong Beuridi, punya gudang di Paya Cut, dan banyak properti lainnya. Dagang hasil bumi adalah usaha utamanya. Tetapi kekayaannya tidak berlangsung lama. Hanya beberapa tahun.
Harga kakao tiba-tiba anjlok. Saat itu Banta Raden punya sangat banyak stok. Ekonominya merosot dan kemudian ambruk. Kecelakan atas kendaraan-kendaraannya juga terus terjadi. Bahkan ada mobil yang terbakar tiba-tiba saat sedang parkir.
Hingga
Banta Raden beruzlah ke Alue Mudek, kaki Gunong Goh, Bireuen. Di sana membuka
kedai di perkampungan transmigran. Juga membeli beberapa jenis hasil bumi yang dihasilkan
warga transmigran. Suatu Hari Banta Raden didatangi aparat yang mencari
separatis. Dia difitnah oleh seorang saingan usaha. Aku ingat ketika Ibu mengunjungi
kakek di balai kesehatan di Matangglumpangdua yang berletak dekat Polsek
Peusangan. Kakek menginap beberapa hari di sana.
Banta Raden orangnya berpenampilan rapi. Dia juga orang berpendidikan. Sekolah di PGA Al-Muslim Peusangan. Tetapi memutuskan untuk tidak mengajar karena gaji guru itu tidak cukup. Teman-teman seangkatan beliau kemudian menjadi guru lalu pegawai negeri. Kampus Al-Muslim membuat beliau berwawasan luas dan punya pemikiran moderat.
Wawasannya sangat luas. Pengetahuan sejarah juga mendalam. Bahkan mampu berbicara tentang wacana pemikiran Islam.
Sebelum menjadi orang kaya, Banta Raden adalah pekerja
keras. Beliau menetap di sebuah kaki bukit untuk membuka lahan menanam kacang.
Konon aslinya beliau adalah dari Paya Ni, Peusangan. Itu arah utara Simpang
Kameng.
Banta
Raden pernah menetap di Padang Sidempuan beberapa tahun. Di sana beliau dianggap
dukun atau orang keramat karena suatu hari ada seorang anak disengat
kalajengking. Beliau mengambil belimbing kering (asam sunti) dan mengoleskan
pada luka. Anak itu segera sembuh.
Akhirnya, Banta
Raden kemudian kembali ke Tanjong Beuridi membangun sebuah rumah berbentuk toko
karena maksud sebagai hunian sekaligus kedai. Saat sedang memasang bata
bangunan baru rumahnya, beliau diminta agar dapat
membantu menarik pohon kelapa yang sedang ditebang. Rupaya ujung kelapa
mengenai beliau dan meninggal di tempat.
Saat kejadian itu aku sedang di pesantren. .
Reviewed by Miswari
on
15.15
Rating:

Tidak ada komentar: